Apakah Kontra Narasi Ekstremis Tidak Diperlukan Ketika Tidak Terjadi Bom Bunuh Diri?

blog

Center for The Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan Konrad-Adenuer-Stiftung (KAS) Indonesia-Timor Leste menggelar Pelatihan Kontra Narasi Ekstremis. Kegiatan berlangsung selama tiga hari di Hotel Grand Mercure Yogyakarta, 2-4 November 2021.

Dalam kegiatan tersebut, Irfan Abubakar selaku Supervisor menyampaikan bahwa meskipun tidak adanya bom bunuh diri, pelatihan kontra narasi harus terus dilakukan.

“Orang melakukan bom bunuh diri tidak ujug-ujug langsung ngebom, tapi melalui tahapan-tahapan pemahaman ideologi yang menuju ke arah sana,” ucapnya di hadapan santri-santri Jogja.

Ideologi ekstremis itulah yang menurutnya dianggap benar, sehingga menjadi modal untuk menuju ke arah kekerasan. Dan pemahaman ideologi yang menuju ke arah kekerasan tersebutlah yang seharusnya dicegah sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Kegiatan kontra narasi ini tidak hanya mencegah pada kekerasannya, tapi juga cara berfikir yang mengarah kepada kekerasan. Termasuk cara pandang Islam kaffah yang dimaknai sebagai kekerasan.

“Kita sama-sama membaca ayat yang sama tapi tafsirnya berbeda, mereka melihat Islam dengan penuh peperangan, sedangkan sejatinya peperangan tidak bisa diterapkan pada setiap konteks, maka perlunya upaya kontra narasi adalah bertujuan untuk mengkontra tafsiran yang mengarah pada kekerasan supaya dimaknai secara damai,” jelasnya.

Irfan melanjutkan bahwa bom bunuh diri tidak dapat diprediksi, oleh karena itu kita harus tetap waspada dengan memberikan pemahaman yang benar terhadap masyarakat. Kita juga tidak tahu bagaimana ideologi ekstremis tersebut berkembang di publik. Oleh karena upaya-upaya pencegahan harus terus dilakukan. Karena yang dilakukan dari kontra narasi adalah mencegah hal yang paling tidak diharapkan dari pemahaman ekstremis, yaitu bom bunuh diri.

 

Linkage